Bola yang Mengajariku Sabar
Di hari rabu yang cerah. Aku belajar dan
mendapatkan pengalaman yang banyak disekolah. Sekolah yang sederhana.
Teman-teman yang banyak. Dan guru-guru yang mengajarkan kami dengan sabar.
Pada jam pelajaran yang pertama, guruku tidak
datang. Aku bingung, apa yang harus aku kerjakan.
Aku bertanya kepada temanku, “Memangnya,
Pak Sanudin kemana?”.
“Pak Sanudin izin pergi, tapi gak tau
deh kemana”, jawab temanku.
Senang rasanya mendapat waktu kosong.
Namun suasana kelas menjadi ramai. Ada yang mengobrol, membaca buku, dan ada
pula yang ke luar kelas. Aku, Rifa, Syasya, dan Evit mengobrol di kelas. Aku
mengobrol dikelas menunggu pelajaran yang selanjutnya. Yaitu olahraga.
Ketika bel sudah tiba, Imas berkata,
“Pak Suroto gak masuk, kakinya sakit”. Teman-teman berteriak, “MAIN
KASTIIIIIIII”. Dan yang lain pun tertawa. Memang semenjak duduk dikelas sembilan,
teman-temanku senang sekali bermain kasti.
Aku dan teman-teman pun segera mengganti
baju batik menjadi baju olahraga. Setelah selesai mengganti baju, aku dan
teman-teman turun ke lapangan. Lalu, aku dan teman-teman bergambreng untuk
mendapatkan kelompok. Selesai mendapat kelompok, kami memulai permainan
tersebut.
Ketika sedang bermain kasti, ada yang
sedang bermain bola. Namun, mereka tetap bermain kasti. Kami semua bermain
kasti hingga bergantian menjadi pemukul dan penjaga. Saat kelompokku menjadi
penjaga hingga kelelahan, aku berjaga sambil jongkok. Dengan tidak sadar bola
plastik didepan mukaku “BLEKKK!!”.
“Awww sakit!”, aku merintih kesakitan.
“Huda maaf ya, aku gak sengaja. Kamu gak
kenapa-kenapa kan?”, tanya Olga.
“Aku gak kenapa-kenapa kok. Cuma refleks
aja”, jawab aku dengan wajah yang merah.
Setelah kejadian itu terjadi, tidak lama
kemudian Dila merintih kesakitan. Telinganya sakit. Hampir semua teman-temanku
menghampirinya. Karena kejadian itu aku merasa kecewa. Aku bergumam ‘Ketika aku
terkena bola, yang datang hanya satu. Sedangkan itu? Ya sudahlah itu sudah
biasa. Sabar sabar’.
Beberapa saat kemudian, teman-teman
menghentikan permainan kasti dan memilih untuk bermain bola tendang. Tiba-tiba
bel berbunyi tanda pelajaran selesai dan waktunya untuk istirahat. Aku pun
mengganti baju olahraga dengan baju batik. Setelah itu, aku dan Evit pergi ke
masjid untuk shalat dhuha dan istirahat. Senang rasanya bermain bersama
teman-teman walaupun aku merasa kecewa.
Sekian cerita dari gue. Inilah gue yang 'katanya' polos dan 'agak' geser sedikit otaknya. Hmmm, ai ting dis is not tru. Oke bye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar